Buku

Penerapan Teknik Montase dalam Penyutradaraan Program Magazine Televisi "Picnic Holic" Episode "Self Healing in Solo"

Persaingan antar konten penyiaran khususnya di media televisi membuat sutradara harus menciptakan inovasi dan meningkatkan kualitas siarannya melaui visual yang memikat dan menarik bagi penonton. Terinspirasi dari tren budaya workaholic atau gila kerja, skripsi penciptaan karya produksi program magazine televisi Picnic Holic episode Self Healing In Selo ini bertujuan untuk menghasilkan tayangan yang informatif, serta memenuhi durasi yang terbatas dengan mengaplikasikan teknik sinematografi yang menarik. Untuk menciptakan sebuah program magazine show televisi yang informatif, menarik, serta memenuhi durasi terbatas, penulis menerapkan teknik sinematografi berupa teknik montase ke dalam produksinya. Teknik montase yang digunakan adalah montase rhythmic yang memangkas durasi shot mengikuti ritme dari musik ilustrasi, serta montase metric yang menyesuaikan panjang durasi antara shot utama dengan shot pengisi. Hasil dari penerapan teknik montase ini terletak pada scene mini fragmen, eyecatcher, serta highlight yang muncul dalam tiga sequence dari program magazine televisi Picnic Holic yaitu Where’s The Food, Coffee List dan Picnic and Healing. Penerapan teknik montase berhasil memenuhi durasi yang terbatas namun tetap tanpa mengurangi informasi yang perlu disampaikan. //ir

Oleh Alfira Berliani Amalia

Penggunaan Gaya Bahasa Hiperbola dan Paradoks pada Naskah Program Magazine Show Televisi "Picnic Holic" Episode "Self Healing in Solo"

Skripsi penciptaan karya produksi program magazine show picnic holic self healing In Selo ini membahas berbagai aktivitas workaholic yang dilakukan anak milenial yang gila kerja untuk sejenak beristirahat. Para milenial yang memiliki sikap workaholic tentunya membutuhkan self healing di waktu liburannya. Berdasarkan fenomena yang muncul pada saat ini penulis memanfaatkan hal tersebut sebagai bagian dari pengemasan program magazine show picnic holic. Skripsi penciptaan ini bertujuan menciptakan naskah program Magazine show yang menggunakan gaya bahasa hiperbola dan paradoks dalam narasinya. Penggunaan gaya bahasa ini bertujuan untuk memberikan sugesti kepada penonton sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat disimak dengan baik. Metode penulisan naskah dengan penggunaan gaya bahasa hiperbola dan paradoks. Dimana hiperbola merupakan pengungkapan melebih-lebihkan suatu kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Paradoks adalah pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. Berdasarkan penerapan gaya bahasa tersebut, penggunaan gaya bahasa hiperbola dan paradoks dapat membangun sugesti penonton sehingga penonton dapat mudah mengerti dengan pesan yang disampaikan dalam program tersebut. //ir

Oleh Shintia Aryanti Krisna

Strategi Pengembangan Ide Produser Melalui Metode Scamper dalam Dokumenter Televisi Parama Karya Episode "Nyiwer"

Dalam kesenian Jathilan terdapat satu tokoh penting yaitu pawang. Pawang jathilan bertanggung jawab dalam menjaga serta mengawasi seluruh kegiatan pementasan. Tugas utama pawang lainnya yaitu mengendalikan, dan menyembuhkan penari ketika dirasuki roh halus (ndadi). Seorang pawang jathilan tentunya harus memiliki ilmu spiritual dan keberanian. Bapak Ngadimin (50) telah menjadi seorang pawang dalam kelompok kesenian Jathilan Roso Tunggal sejak tahun 1998. Penulis sebagai produser kemudian mengangkat kisah Pak Ngadimin melalui karya dokumenter televisi berjudul “Parama Karya” episode “Nyiwer”. Penciptaan karya ini bertujuan untuk menghasilkan program dokumenter televisi dengan menerapkan strategi pengembangan ide melalui metode SCAMPER. Semua informasi dan keterangan diperoleh melalui proses riset, observasi, kajian pustaka, dan wawancara dengan subjek atau narasumber. Proses penciptaan dokumenter televisi telah dilalui melalui tahapan pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Dalam tahapan pra produksi, penulis sebagai produser bertanggung jawab dalam tahap pengembangan ide terkait pengemasan program. Penulis menerapkan strategi pengembangan ide melalui metode SCAMPER untuk merangsang munculnya ide-ide baru dengan menjawab pertanyaan terkait apa yang dapat diganti, digabungkan, disesuaikan, dimodifikasi, apa kegunaan lainnya, apa yang dihilangkan, serta apa yang disusun kembali dari karya-karya dokumenter televisi terdahulu sehingga dapat menghasilkan program dokumenter televisi “Parama Karya” episode “Nyiwer”” dengan pengemasan program baru, menarik, dan informatif. //ir

Oleh Sihgi Nur Baety

Tangga Dramatik Non-Drama dalam Naskah Program Dokumenter Televisi Parama Karya Episode "Nyiwer"

Dokumenter merupakan format program televisi yang menyajikan cerita nyata berdasarkan fakta yang sesungguhnya. Program dokumenter ‘Nyiwer’ menampilkan informasi seputar pawang dari salah satu kesenian Yogyakarta, yakni jathilan. Tujuan penulisan karya produksi tersebut adalah membuat naskah dokumenter televisi dengan menggunakan tangga dramatik non drama. Dokumenter ‘Nyiwer’ ini menyajikan informasi tentang kisah pawang jathilan yang akrab disapa Babe. Penciptaan karya produksi dokumenter ‘Nyiwer’ menerapkan tangga dramatik non drama supaya lebih menarik serta penonton dapat merasakan naik turunnya mood sesuai dengan alur yang disajikan. Informasi dan data dalam pembuatan naskah ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan kajian pustaka terkait. Penulis ingin memberikan informasi dengan alur yang terstruktur agar penonton dapat dengan mudah menerima pesan yang disajikan, hal tersebut menjadikan metode yang penulis ambil adalah tangga dramatik non drama. Tangga dramatik berisi lima fase, yakni introduksi atau pemaparan, dilanjutkan dengan informasi agak menarik, lebih menarik, paling menarik, dan penutup dengan metode penulisan naskah kronologis. Tahapan produksi yang dimulai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Berdasarkan analisis dan kajian dari berbagai sumber, pros808.2 070 18es pembuatan naskah dapat terlaksana sesuai rencana. //ir

Oleh Lintang Larissya

Penyutradaraan Dokumenter Televisi "Parama Karya" Episode "Nyiwer"

Penciptaan karya ini adalah menciptakan program dokumenter televisi melalui continuity. Program dokumenter televisi berjudul “Parama Karya” episode “Nyiwer” membahas beberapa hal kesenian tari yang mengandung unsur magis, yang terletak di Padukuhan Pondok, Kelurahan Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta ini ialah tari Jathilan. Nyatanya kesenian dengan media kuda lumping ini sudah ada sejak tahun 1964. Dokumenter ialah program yang memberikan informasi berdasarkan fakta, kejadian, atau peristiwa yang benarbenar terjadi tanpa adanya rekayasa didalamnya. Demi mewujudkan sebuah karya dokumenter yang baik, tentunya membutuhkan kerabat kerja, salah satunya sutradara. Sutradara dalam produksi dokumenter mampu memimpin dalam proses produksi tersebut. Sutradara sendiri perlu memahami ketika halhal secara langsung yang ada di lapangan. Semua informasi didasarkan pada observasi, wawancara, kajian Pustaka dan narasumber. Metode yang digunakan penulis dalam menciptakan karya produksi adalah melalui tahapan produksi berupa pra produksi, produksi dan pasca produksi dengan menggunakan teknik continuity. Continuity penting untuk mengantisipasi adanya ketimpangan gambar, sehingga penyampaian informasi kepada pentonton akan tersampaikan dengan baik. //ir

Oleh Sukma Maya Nurul Izza

Berita Terbaru