Buku

Strategi Pengembangan Ide Produser Melalui Metode Scamper dalam Dokumenter Televisi Parama Karya Episode "Nyiwer"

Dalam kesenian Jathilan terdapat satu tokoh penting yaitu pawang. Pawang jathilan bertanggung jawab dalam menjaga serta mengawasi seluruh kegiatan pementasan. Tugas utama pawang lainnya yaitu mengendalikan, dan menyembuhkan penari ketika dirasuki roh halus (ndadi). Seorang pawang jathilan tentunya harus memiliki ilmu spiritual dan keberanian. Bapak Ngadimin (50) telah menjadi seorang pawang dalam kelompok kesenian Jathilan Roso Tunggal sejak tahun 1998. Penulis sebagai produser kemudian mengangkat kisah Pak Ngadimin melalui karya dokumenter televisi berjudul “Parama Karya” episode “Nyiwer”. Penciptaan karya ini bertujuan untuk menghasilkan program dokumenter televisi dengan menerapkan strategi pengembangan ide melalui metode SCAMPER. Semua informasi dan keterangan diperoleh melalui proses riset, observasi, kajian pustaka, dan wawancara dengan subjek atau narasumber. Proses penciptaan dokumenter televisi telah dilalui melalui tahapan pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Dalam tahapan pra produksi, penulis sebagai produser bertanggung jawab dalam tahap pengembangan ide terkait pengemasan program. Penulis menerapkan strategi pengembangan ide melalui metode SCAMPER untuk merangsang munculnya ide-ide baru dengan menjawab pertanyaan terkait apa yang dapat diganti, digabungkan, disesuaikan, dimodifikasi, apa kegunaan lainnya, apa yang dihilangkan, serta apa yang disusun kembali dari karya-karya dokumenter televisi terdahulu sehingga dapat menghasilkan program dokumenter televisi “Parama Karya” episode “Nyiwer”” dengan pengemasan program baru, menarik, dan informatif. //ir

Oleh Sihgi Nur Baety

Tangga Dramatik Non-Drama dalam Naskah Program Dokumenter Televisi Parama Karya Episode "Nyiwer"

Dokumenter merupakan format program televisi yang menyajikan cerita nyata berdasarkan fakta yang sesungguhnya. Program dokumenter ‘Nyiwer’ menampilkan informasi seputar pawang dari salah satu kesenian Yogyakarta, yakni jathilan. Tujuan penulisan karya produksi tersebut adalah membuat naskah dokumenter televisi dengan menggunakan tangga dramatik non drama. Dokumenter ‘Nyiwer’ ini menyajikan informasi tentang kisah pawang jathilan yang akrab disapa Babe. Penciptaan karya produksi dokumenter ‘Nyiwer’ menerapkan tangga dramatik non drama supaya lebih menarik serta penonton dapat merasakan naik turunnya mood sesuai dengan alur yang disajikan. Informasi dan data dalam pembuatan naskah ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan kajian pustaka terkait. Penulis ingin memberikan informasi dengan alur yang terstruktur agar penonton dapat dengan mudah menerima pesan yang disajikan, hal tersebut menjadikan metode yang penulis ambil adalah tangga dramatik non drama. Tangga dramatik berisi lima fase, yakni introduksi atau pemaparan, dilanjutkan dengan informasi agak menarik, lebih menarik, paling menarik, dan penutup dengan metode penulisan naskah kronologis. Tahapan produksi yang dimulai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Berdasarkan analisis dan kajian dari berbagai sumber, pros808.2 070 18es pembuatan naskah dapat terlaksana sesuai rencana. //ir

Oleh Lintang Larissya

Penyutradaraan Dokumenter Televisi "Parama Karya" Episode "Nyiwer"

Penciptaan karya ini adalah menciptakan program dokumenter televisi melalui continuity. Program dokumenter televisi berjudul “Parama Karya” episode “Nyiwer” membahas beberapa hal kesenian tari yang mengandung unsur magis, yang terletak di Padukuhan Pondok, Kelurahan Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta ini ialah tari Jathilan. Nyatanya kesenian dengan media kuda lumping ini sudah ada sejak tahun 1964. Dokumenter ialah program yang memberikan informasi berdasarkan fakta, kejadian, atau peristiwa yang benarbenar terjadi tanpa adanya rekayasa didalamnya. Demi mewujudkan sebuah karya dokumenter yang baik, tentunya membutuhkan kerabat kerja, salah satunya sutradara. Sutradara dalam produksi dokumenter mampu memimpin dalam proses produksi tersebut. Sutradara sendiri perlu memahami ketika halhal secara langsung yang ada di lapangan. Semua informasi didasarkan pada observasi, wawancara, kajian Pustaka dan narasumber. Metode yang digunakan penulis dalam menciptakan karya produksi adalah melalui tahapan produksi berupa pra produksi, produksi dan pasca produksi dengan menggunakan teknik continuity. Continuity penting untuk mengantisipasi adanya ketimpangan gambar, sehingga penyampaian informasi kepada pentonton akan tersampaikan dengan baik. //ir

Oleh Sukma Maya Nurul Izza

Strategi Produser dalam Program Dokumenter Televisi "Unique" Episode Warung Makanan Roh Halus

Program dokumenter televisi “Unique” merupakan program yang memberikan informasi serta hiburan mengenai keunikan yang terdapat di Yogyakarta secara mendalam disertai fakta-fakta dari narasumber dengan menggunakan narasi dan wawancara. Penulis sebagai produser berkonsentrasi pada strategi menciptakan suatu program baru dari realita yang ada guna memberikan informasi besera hiburan kepada masyarakat. Tujuan pembuatan karya ini memberikan informasi kepada penonton mengenai keunikan nama suatu warung yang ada di Yogyakarta. Analisis yang dilakukan berdasarkan riset, obserasi dan wawancara. Program ini berjudul Unique, episode “Warung Makanan Roh Halus” menjelaskan mengenai latar belakang berdirinya Warung Makanan Roh Halus disertai informasi dan fakta-fakta dari narasumber. Program dokumenter Unique telah menyelesaikan semua tahapan produksi mulai dari, pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Adapun inovasi yang penulis tuangkan pada program adalah mngembangkan ide, penambahan informasi dan keinginyahuan mengenai tradisi yang ada di Yogyakarta. Dengan strategi yang penulis tuangkan dalam program Unique dapat membuat paham orang lain bahwa pekerjaan yang dipandang sebelah mata itu sebenarnya sangat bermanfaat bagi sekitar dengan penyajian yang menarik dan informatif. //ir

Oleh Adinda Chairunnisa Pratiwi

Pendalaman Karakter Tokoh dalam Penyutradaraan Drama Radio "Who Are You"

Penciptan karya produksi drama radio dengan judul “Who Are You?” bertujuan untuk membangun imajinasi pendengar melalui pendalam karakter tokoh. Drama radio ini menceritakan tentang tiga sahabat yang menyelidiki kasus kematian kakak kelasnya. Dengan menggunakan tema misteri penulis selaku sutradara mengunakan pendalamana karakter dengan Typering Individual (Diksi). Penulis juga menerapkan teori penyutradaraan Laissez Faire untuk melakukan directing terhadap pengisi suara untuk memerankan karakter yang ditentukan. Sehingga sutradara dan talent lebih dekat dan saling mengembangkan kreativitas dalam terciptanya karakter yang diinginkan. Drama radio ini menjadi program acara hiburan yang dapat dinikmati oleh banyak audience. Penulis membuat karya dimana talent yang memerankan tokoh dalam drama, mampu mendalami karakter serta penokohan yang mereka perankan sehingga drama radio ini dapat tersampaikan baik, menarik, dan tidak membosankan. //ir

Oleh Kirana Galuh Praskiki

Berita Terbaru