Buku

Variasi Shot dalam Penyutradaraan Dokumenter "Earthly Frame EPS Pertanian Modern VS Konvensional"

Indonesia merupakan negara agraris yang penduduknya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, namun masih banyak kesulitan yang dihadapi oleh para petani di Indonesia. Permasalahan tersebut meliputi perubahan iklim, degradasi lingkungan, persaingan yang semakin ketat, dan tentunya peningkatan kebutuhan pangan dan bisa berdampak langsung ke masyarakat sendiri. Hal ini dapat dicegah dengan inovasi metode pertanian modern, namun sayangnya metode tersebut masih belum banyak diketahui. Skripsi penciptaan karya produksi ini bertujuan menghasilkan sebuah program dokumenter yang menarik dan mengedukasi masyarakat melalui penerapan teknik variasi shot dalam pengambilan gambar. Program dokumenter harus memiliki riset yang kuat untuk dapat menampilkan kejadian tersebut senyata mungkin di mata penonton. Dalam pembuatan program dokumenter, diperlukan keterampilan seorang sutradara untuk dapat menyampaikan cerita dengan baik lewat audio dan visual. Dalam pembuatan program dokumenter ini, penulis berfokus pada metode penerapan variasi shot agar pesan dapat disampaikan dengan jelas melalui visual kepada penonton. Variasi shot tersebut meliputi penggunaan simple shot, complex shot, dan developing shot dalam proses directing. Simple shot adalah metode pengambilan gambar statis dimana gambar diambil menggunakan tripod tanpa ada pergerakan apapun dari kamera, complex shot adalah metode pengambilan gambar yang mengkombinasikan antara posisi kamera statis dan pergerakan hanya ada pada kepala kamera, dan developing shot adalah metode pengambilan gambar yang mengkombinasikan pergerakan kepala dan badan kamera. Hasil dari pembuatan skripsi dan karya produksi program Dokumenter Pertanian Modern VS Konvensional ini menunjukkan bahwa variasi shot, baik dari segi teknis maupun psikologis berperan penting untuk membantu penonton memahami informasi apa yang terkandung dalam sebuah film. //ir

Oleh Azzahra Nuraini Alfat

Narasi Sugestif dalam Penulisan Naskah Dokumenter TV "Sang Penggerak" Episode "Di Balik Pawon Gendis"

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang terkena dampak buruk akibat pandemi. Salah satu UMKM wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang masih bertahan ketika pandemi adalah Pawon Gendis. Pawon Gendis merupakan kelompok wanita tani dari Dusun Salakmalang, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo yang mengolah biji kakao menjadi olahan cokelat. Pawon Gendis didirikan oleh Ibu Dwi Martuti Rahayu sejak tahun 2013. Penciptaan program dokumenter “Sang Penggerak” dilatarbelakangi oleh sosok Ibu Dwi Martuti Rahayu yang memiliki semangat juang tinggi dalam melakukan gerakan perubahan. Dokumenter ini menceritakan tentang Ibu Dwi Martuti Rahayu dalam membina perempuan Kulon Progo yang tergabung dalam Pawon Gendis, halangan yang pernah dihadapi saat merintis Pawon Gendis, serta prestasi yang telah diraih. Tujuan penciptaan program dokumenter “Sang Penggerak” adalah untuk memberikan pengaruh secara halus kepada penonton terhadap gerakan Ibu Dwi Martuti Rahayu melalui media naskah dengan pendekatan narasi sugestif. Narasi sugestif menggunakan kalimat konotasi dalam menyampaikan sebuah pesan. Proses penulisan naskah menggunakan empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pra-penulisan, tahap pelaksanaan, dan tahap penulisan kembali. Proses penulisan naskah tersebut menghasilkan empat bentuk naskah, yaitu sinopsis, treatment, naskah narasi, dan fullscript. //ir

Oleh Angela Rezka Andua Putri

Berita Terbaru